Pintu Surga
Kata-kata terindah yang kuharap terucap dari suamiku nanti. Mengutip dari dua tokoh pemimpin negeri ini.
Pak Habibie : "Aku tidak lagi takut mati karena ada Ainun menungguku di sana."
Pak SBY : "Semoga kami dipertemukan kembali di surga."
Mataku berkaca, teringat pula pada Paman dan Bibiku. Baru sekitar setahun mereka bersama, namun Allah lebih menyayangi Bibi hingga ia panggil Bibi untuk pulang, meninggalkan Paman dan putri kecil nan cantik yang kala itu usianya baru 2 bulan. Beliau pergi mendadak tanpa ada peringatan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Bagiku yang terjadi saat itu sangatlah memilukan. Baru saja Bibi mencicipi bahagia dalam hidupnya namun kemudian sirna, Allah telah cukupkan waktu untuknya saat itu. Hal yang tak bisa kita tawar, betapapun kita memohon.
Namun rasa pilu hatiku sirna ketika Paman berkata, "Selama hidup dengannya, tak sekalipun aku merasa sedih, semua yang ia berikan indah. Jika Allah lebih sayang padaNya aku ikhlaskan surga untuknya."
Yang mengena padaku, perkataan mereka secara tersirat adalah bentuk keikhlasan suami kepada istrinya. Setelah selama hidupnya menemani, dengan segala kelebihan dan kekurangan sang istri. Pilu itu hilang karena ku tahu kemana Bibi akan pergi.
Dengan keimanan sang suami pula ia dapat berkata demikian. Menurutku, kata-kata seperti itulah yang bisa disebut kado terindah. Kata-kata yg ingin ku dengar dari suamiku di akhir khayatku nanti. Sungguh tidak ada yang lebih indah lagi yang bisa kuminta. Sungguh kuberikan segalanya demi keikhlasan imamku.
Membacanya aku sadar bahwa kodrat wanita adalah mendampingi laki-laki. Setelah menikah, hidupnya terdedikasi untuk suaminya seutuhnya. Jika semuanya berlandaskan kecintaannya pada TuhanNya, Allah akan gerakkan hati suami untuk ikhlas dan ridha kepada istri. Jika semuanya semata-mata karena perintah Allah untuk mematuhi dan menghormati suaminya, maka Allah juga yang akan menggerakkan hati suami agar memuliakan sang istri.
Jadi sikap suami sebenarnya timbal balik dari sikap kita kepadanya. Yang bisa kupelajari adalah jika dirasa ada yang kurang dari suami, yang dilakukan bukanlah menuntut, namun perbaiki diri, perbaiki hubungan dengan Allah, maka Allah yang akan memperbaiki segalanya.
Memang manusia tidak ada yang sempurna, begitupun suami, begitupun istri. Patuh terhadap suami bukanlah perkara mudah. Karenanya Allah janjikan surga bagi para istri yang bisa mengamalkannya. Karenanya Allah tunjukkan bahwa banyaknya penghuni neraka adalah wanita yang kufur pada suaminya. Hal itu semata sebagai peringatan bagi setiap wanita tentang betapa pentingnya mematuhi suami.
Sungguh wanita adalah makhluk yang bertindak dengan rasa. Begitulah ketentuan Allah padanya. Ia terkadang lebih mengedepankan rasa hingga lupa inti hidupnya yang utama tawakal kepada Allah SWT dengan cara mematuhi suaminya. Hanya iman suaminya yang bisa menyelamatkan ia dari panasnya api neraka. Keridhaan suaminyalah yang akan mengetuk pintu surga. Sungguh aku tak dapat memastikan apakah aku mampu. Semoga Allah perkenankan kelak memasuki surga dari pintu ini. Aamiiinn...
Namun aku sadar Allah belum izinkan pintu itu terbuka. Tak mengapa, aku ikhlas sekalipun tak kutemukan pintu itu di dunia. Allah maha adil, ia sediakan pintu yang lainnya. Hanya bagaimana aku menggapainya. Kan ku usahakan pintu yang lainnya. Pintu yang ada di hadapanku sekarang adalah kedua orangtuaku. Bukankah surga bagi wanita yang belum menikah adalah kedua orangtuanya?
Sungguh mereka mencintai dengan segala kekuranganku. Tak pantas ku berharap orang lain untuk kebahagiaanku sedang mereka kusiakan. Sungguh Tuhan, izinkan aku mengetuk pintu surgamu lewat mereka. Sungguh Tuhan, aku ingin berkumpul bersama mereka di surga. Mamah dan bapak, malaikatku di dunia. Semoga Allah haramkan api neraka darinya. Aamiiinnn ya rabbal 'alamin.
Pak Habibie : "Aku tidak lagi takut mati karena ada Ainun menungguku di sana."
Pak SBY : "Semoga kami dipertemukan kembali di surga."
Mataku berkaca, teringat pula pada Paman dan Bibiku. Baru sekitar setahun mereka bersama, namun Allah lebih menyayangi Bibi hingga ia panggil Bibi untuk pulang, meninggalkan Paman dan putri kecil nan cantik yang kala itu usianya baru 2 bulan. Beliau pergi mendadak tanpa ada peringatan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Bagiku yang terjadi saat itu sangatlah memilukan. Baru saja Bibi mencicipi bahagia dalam hidupnya namun kemudian sirna, Allah telah cukupkan waktu untuknya saat itu. Hal yang tak bisa kita tawar, betapapun kita memohon.
Namun rasa pilu hatiku sirna ketika Paman berkata, "Selama hidup dengannya, tak sekalipun aku merasa sedih, semua yang ia berikan indah. Jika Allah lebih sayang padaNya aku ikhlaskan surga untuknya."
Yang mengena padaku, perkataan mereka secara tersirat adalah bentuk keikhlasan suami kepada istrinya. Setelah selama hidupnya menemani, dengan segala kelebihan dan kekurangan sang istri. Pilu itu hilang karena ku tahu kemana Bibi akan pergi.
Dengan keimanan sang suami pula ia dapat berkata demikian. Menurutku, kata-kata seperti itulah yang bisa disebut kado terindah. Kata-kata yg ingin ku dengar dari suamiku di akhir khayatku nanti. Sungguh tidak ada yang lebih indah lagi yang bisa kuminta. Sungguh kuberikan segalanya demi keikhlasan imamku.
Membacanya aku sadar bahwa kodrat wanita adalah mendampingi laki-laki. Setelah menikah, hidupnya terdedikasi untuk suaminya seutuhnya. Jika semuanya berlandaskan kecintaannya pada TuhanNya, Allah akan gerakkan hati suami untuk ikhlas dan ridha kepada istri. Jika semuanya semata-mata karena perintah Allah untuk mematuhi dan menghormati suaminya, maka Allah juga yang akan menggerakkan hati suami agar memuliakan sang istri.
Jadi sikap suami sebenarnya timbal balik dari sikap kita kepadanya. Yang bisa kupelajari adalah jika dirasa ada yang kurang dari suami, yang dilakukan bukanlah menuntut, namun perbaiki diri, perbaiki hubungan dengan Allah, maka Allah yang akan memperbaiki segalanya.
Memang manusia tidak ada yang sempurna, begitupun suami, begitupun istri. Patuh terhadap suami bukanlah perkara mudah. Karenanya Allah janjikan surga bagi para istri yang bisa mengamalkannya. Karenanya Allah tunjukkan bahwa banyaknya penghuni neraka adalah wanita yang kufur pada suaminya. Hal itu semata sebagai peringatan bagi setiap wanita tentang betapa pentingnya mematuhi suami.
Sungguh wanita adalah makhluk yang bertindak dengan rasa. Begitulah ketentuan Allah padanya. Ia terkadang lebih mengedepankan rasa hingga lupa inti hidupnya yang utama tawakal kepada Allah SWT dengan cara mematuhi suaminya. Hanya iman suaminya yang bisa menyelamatkan ia dari panasnya api neraka. Keridhaan suaminyalah yang akan mengetuk pintu surga. Sungguh aku tak dapat memastikan apakah aku mampu. Semoga Allah perkenankan kelak memasuki surga dari pintu ini. Aamiiinn...
Namun aku sadar Allah belum izinkan pintu itu terbuka. Tak mengapa, aku ikhlas sekalipun tak kutemukan pintu itu di dunia. Allah maha adil, ia sediakan pintu yang lainnya. Hanya bagaimana aku menggapainya. Kan ku usahakan pintu yang lainnya. Pintu yang ada di hadapanku sekarang adalah kedua orangtuaku. Bukankah surga bagi wanita yang belum menikah adalah kedua orangtuanya?
Sungguh mereka mencintai dengan segala kekuranganku. Tak pantas ku berharap orang lain untuk kebahagiaanku sedang mereka kusiakan. Sungguh Tuhan, izinkan aku mengetuk pintu surgamu lewat mereka. Sungguh Tuhan, aku ingin berkumpul bersama mereka di surga. Mamah dan bapak, malaikatku di dunia. Semoga Allah haramkan api neraka darinya. Aamiiinnn ya rabbal 'alamin.
0 comments: