Cara Menambahkan Animasi Flash ke Blogger

Bagi para blogger yang masih belajar ngeblog seperti saya, ini ada info cara menambahkan animasi flash ke blog anda. Inipun hasil searching sana-sini dan didapatlah satu cara termudah yang berhasil saya praktekan di blog saya sendiri. Hehe

1. Buat animasi flash anda dalam format .swf
2. Upload .swf anda ke suatu hosting, kalau saya pakai ini --> fileden.com atau megaswf.com
    Di sana anda harus membuat akun terlebih dahulu.
     Setelah terdaftar, carillah menu upload. Anda cukup mengikuti perintah yang ada pada halaman tersebut,               seperti di bawah ini :

tunggu beberapa detik sampai file anda berhasil di-upload.


copy linked URL nya, yang berakhiran .swf, seperti contoh di atas.
3. Dapatkan link URL nya.
4. Masuk ke akun blogger anda - menuju tata letak.
5. Di sana anda boleh memilih bagian mana saja yang ingin tambahkan animasi flsh. caranya dengan menambahkan gadget HTML/JavaScript
6. Setelah itu dibagian konten copy-kan kode seperti berikut ;

<embed align="middle" allowscriptaccess="always" height="65" loop="true" pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" quality="high" src="http://www.fileden.com/files/2012/12/28/3381423/masking%20haloo.swf" type="application/x-shockwave-flash" width="250"></embed>

ganti kata-kata yang di blok warna kuning dengan linked URL yang telah anda peroleh sebelumnya. Anda juga bisa mengatur panjang dan lebar animasi flash anda dengan mengganti angka-angka disamping height dan width di atas. loop="true" jika anda ingin flash ditayangkan berulang-ulang atau loop="false" jika anda ingin animasi flash anda hanya sekali tayang.

7. Klik save, dan lihatlah blog anda sekarang sudah menampilkan flash yang anda inginkan.

Selamat mencoba. Salam Hamasah ! :)

0 comments:

Kolase Foto

Foto-foto ini diambil tahun lalu saat saya berkunjunga ke Dago Car Free Day, kebetulan hari itu sedang ada pertunjukan drama dari sebuah Sekolah Menengah Atas, yang entah SMA mana saya lupa. Ceritanya tentang tokoh pewayangan yaitu Arjuna dan Arimbi. Potongan foto berikut mengisahkan ketika arjuna harus kehilangan sang arimbi. Jujur, saya suka sekali ekspresi anak yang memerankan tokoh Arjuna ini. Saya tak henti-hentinya membidik setiap ekspresi dari para tokoh dalam drama ini. Itung-itung sambil latihan jadi fotografer, walaupun amatiran karena saya cuma pakai kamera poket. Sedikit minder karena di samping saya banyak orang yang asyik dengan kamera SLR nya dengan lensa super canggih. Tapi kalau ditanya feel nya boleh di adu deh. hehe. Saat itu saya lagi semangat banget soalnya :D

 



 Nah, kebetulan ada tugas multimedia tentang photoshop. Saya beri sedikit sentuhan kecil  pada foto-foto di atas dengan kolase sederhana, dan hasilnya VOILA ! enjoy the drama :)


0 comments:

Statistika, Aljabar, Terapan, dan Analisis




Baiklah sepertinya saya akan bergabung bersama kalian, para galauers.

Begini ceritanya. Gak kerasa saya kuliah sudah semester 5 saja. Berhubung saya anak nondik, sudahlah waktunya untuk fokus penjurusan konsentrasi. Konsentrasi yang ada itu adalah analisis, aljabar, statistika, dan terapan.  Sebenarnya ga akan jadi susah buat milih konsentrasi kalau kita sudah tahu keahlian kita dimana dan tahu setelah lulus mau jadi apa. Oke kita rinci satu-satu kenapa buat saya ini jadi sulit. Pertama, konsentrasi analisis. Saya harus pinjam dulu otak sahabat-sahabat tercinta saya seperti, Riemann, Chaucy, dan Euler biar IPK gak terancam nasakom buat masuk sini, tapi karena saya orangnya baik hati dan gak mau merepotkan sahabat kepompong saya itu jadi lebih baik saya pilih konsentrasi yang lain saja. Maaf kepada Yth. Bapak Rieman, Chaucy, dan Euler  saya tidak dapat bergabung bersama anda sekalian. But i’ll miss you all very much. Hehe.

Yang kedua, aljabar. Awal semester pertama, ada niatan untuk masuk aljabar, tapi saya ga tau anak aljabar itu nanti kerjanya apa. Dan tau gak buku pedoman waktu saya belajar struktur aljabar kemarin, judulnya itu “Abstract Algebra”. Udah aljabar, abstrak lagi, ya tapi ga abstrak-abstark banget sih, saya belain deh mas Algebra. Ah tetap saja rasanya saya lebih baik jadi butiran debu daripada butiran abstrak. Kebetulan semester 3 kemarin saya mengontrak Pak Rizki, beliau dosen aljabar. Wah saya ngepens deh pokonya, sempet kepikiran pengen balikan lagi sama mas Algebra, kan siapa tau bisa ikut ke Jepang mengikuti jejak Pak Rizki. Hehe. Oke, kembali ke galauers.

Yang ketiga, statistika. Nah ini dia yang bisa bikin saya cenat-cenut. *eeeaaa. Anak statistik itu temannya gak cuma buku 1000 halaman, tapi lebih gahol sedikit lah. Kadang terjun buat ambil sampling atau menyusun kuosioner, tapi kadang autis juga sih ngulik spss seharian dan rumusnya njelimet, banyak banget. Rasanya  lebih dinamis dan lebih berproses. Saya sih senang belajar statistik, setiap mau uts atau uas juga saya hatam membaca buku-bukunya, tapi kenapa ya nilai A kayaknya sombong banget gak mau mampir ke khs statistik saya, bikin ilfeel aja.

Terakhir, yang keempat, terapan. Konsentrasi yang ini lebih menjurus ke komputasi alias IT. Minat sih banget, tapi buat apa masuk matematika, kalo ujungnya saya ambil terapan, kenapa ga masuk ilkom saja sekalian. Ada yang bilang bedanya anak terapan sama anak ilkom itu: anak terapan lebih ke pemikir, anak ilkom lebih ke mengaplikasikannya. Dan saya lebih senang mengaplikasikan daripada mikir, gimana dong ?
Singkat kata singkat cerita, di frs semester ini, saya sudah fix mengontrak terapan. Saya ga akan ngebet lagi masuk statistika deh dan ga ngiler lagi ngambil aljabar biar bisa ke Jepang. Siapa tahu saja nanti saya bisa jadi temannya Bill Gates atau bisa jadi asisten pribadinya Mark Zuckerberg, sayang kemarin dia baru menikah. Hiks. Oke fokus fokus. Tadinya saya kira semester 3 ini bakalan ambil nafas lega karena saya sudah tahu kaki ini mau dibawa kemana. Tapi ternyata, baru saja seminggu bernafas lega, saya dibuat dag dig dug lagi. Ada yang bilang konsentrasi terapan akan dihilangkan. WHATTTTSSSS !! (emosi). “Soalnya peminatnya sedikit  sih!”. Siapa bilang ! 2010 banyak ko yang terapan !

“Tidak dihilangkan, tapi kalau ada matkul yang tidak ada di jurusan, kalian ambil di ilkom”, itu kata Bu Entit, Kaprodi Matematika, waktu saya tanya.

Yang saya bingung, sebenarnya saya anak siapa ya ? anak jurusan Pendidikan Matematika atau anak jurusan Pendidikan Ilmu Komputer ? Apa jangan-jangan saya anak yang ditelantarkan ?

Dan jadilah pasukan terapan siap ngambil ancang-ancang buat migrasi. Dikiranya saya galau sendirian, eits jangan sedih, masih ada galauers-galauers lainnya di kelas. Hehe yes ada temennya :p
Oke kayaknya menggalaunya cukup sekian. Hamasah !

NB : migrasi ke aljabar atau statistika ya ???

2 comments:

Desain Buletin Al-Qolam

Setahun yang lalu saya mengikuti suatu seminar kepenulisan yang ternyata setelah beberapa saat mengikuti seminar tersebut barulah saya tahu bahwa seminar itu diselenggarakan oleh Komunitas Menulis Islami Al-Qolam, suatu komunitas yang isinya orang-orang yang ingin belajar menulis dan mempergunakan tulisan sebagai jalan dakwah. Sebenarnya saya hanya mendaftar untuk mengikuti seminar saja, tapi entah bagaimana ceritanya saya kini bagian dari komunitas tersebut, padahal saya tidak bisa menulis. Saya memang suka menulis, tapi tidak bisa menulis dengan baik apalagi untuk berdakwah mengenai islam, rasanya ilmu saya belum sampai sana. Tapi saya senang sekali sudah dirangkul. Orang bilang jika kita bergaul dengan pedagang minyak maka kita akan berbau minyak namun jika kita bergaul dengan pedangang minyak wangi maka kita akan terbawa harum. Semoga saja saya bisa menjadi lebih baik. Amin

Seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa saya tidak bisa menulis dengan baik dan keterbatasan ilmu yang membuat saya segan untuk berkontribusi dalam bentuk tulisan maka saya mencoba membantu dalam bentuk lain, yaitu mendesain layout buletin Al-Qolam yang terbit tiap bulan. Dan ini beberapa desain buletin yang saya buat dalam setahun ini. Buletin-buletin ini dibuat dengan menggunakan CorelDraw. Sekali saya katakan bahwa saya suka sekali dengan aplikasi yang satu ini. :D


Edisi 11 (bagian depan)

Edisi 11 (bagian belakang)

Edisi 12 (bagian depan)

Edisi 12 (bagian belakang)

Edisi 15 (bagian depan)

Edisi 15 (bagian belakang)

Edisi 16 (bagian depan)

Edisi 16 (bagian belakang)

Edisi 21 (bagian depan)

Edisi 21 (bagian belakang)

1 comments:

Mendesain Pamflet dengan CorelDraw dan Photoscape


Pamflet ini dibuat dengan menggunakan CorelDraw. Saya suka sekali aplikasi yang satu ini. Ornamen dedaunan di sana saya dapat dari tool artistic pen yang disediakan CorelDraw. Dan dengan memanfaatkan fasilitas Photoscape untuk membuat animasi sederhana dengan format .gif, hasilnya pamflet ini cukup menarik untuk dilihat bukan ? :D

Semoga menginspirasi imajinasi anda.
Hidup Kreativitas !! Hehe

0 comments:

Kenang-kenangan Buat MCX

Halooo.... sudah lama saya tidak berceloteh di blog ini.
Ingin tahu kabar terbaru yang saya bawa ? Hehe
Semester ini, tepatnya semester 5, saya mengontrak mata kuliah multimedia dimana salah satu materi bahasannya adalah mengenai video shooting dan editing video. Saya sangat antusias dalam materi yang satu ini. Jadi teringat saat SMA dulu waktu pertama kali saya diperkenalkan dengan materi shooting dan editing. Saat SMA kelas XII untuk mata pelajaran Komputer, kami sekelas diwajibkan mengerjakan suatu proyek besar yaitu membuat sebuah film utuh di akhir semester. Itu pengalaman yang sangat sangat menyenangkan. Kami sekelas sangat antusias menerima proyek besar tersebut, tepatnya bukan satu kelas, tapi satu angkatan. Ya, seluruh kelas XII dari XII IPA-1 sampai XII-IPA9 dan tak lupa XII IPS 1 dan 2 turut serta dalam proyek besar ini. Selama beberapa bulan sebelum UN kami disibukkan dengan agenda pembuatan film. Masing-masing kelas berlomba-lomba membuat film yang terbaik layaknya seorang sineas film profesional. Segerombolan orang yang membawa handycam, kamera atau properti film yang aneh dan unik menjadi pemandangan yang biasa saat itu. Sungguh menyenangkan dan banyak kejadian menarik terjadi karenanya. Menjadi sebuah momen yang akan selalu terkenang. Memang tidak melulu kenangan manis yang tercipta karena konflik pasti selalu ada, namun kesemuanya itu adalah sebuah cerita. Cerita yang kami tulis bersama di masa putih abu dan bila sekarang saya mengingatnya kembali, akan selalu ada senyum yang tercipta.

Nah, dari pengalaman saya itu, terbersit ide untuk melakukan hal yang sama dengan teman-teman seperjuangan saya saat ini. Teman yang sama-sama melangkah, berlari dan bertahan menghadapi rintangan di ujung jalan, teman yang bersama-sama menengadahkan kepala untuk menatap masa depan, teman yang mengayuh perahu yang sama untuk mencapai pulau tujuan. Sadarkah bahwa kita sekarang ada di perempatan jalan dan sebentar lagi kita kan sampai di tempat tujuan. Hampir 3 tahun kita bersama, lalu apakah itu arti dari kebersamaan ? Kebersamaan adalah saat tak ada lagi kata aku, kamu, dia atau mereka, tapi kita dan hanya kita, satu. Satu cita, satu angan, satu harapan, yaitu masa depan yang gilang-gemilang. Langkah setiap orang memang tak bisa sama, mungkin ada yang berjalan kepayahan mencapai ujung jalan, adapula yang berlari bak sedang mengikuti lomba marathon yang dalam sekejap mata sudah terlihat di garis finish. Tak perlu dipikirkan, yang terpenting kau tahu kemana arah dan tujuan. Hingga nanti suatu hari kita kan bersama-sama merayakan kemenangan, di ujung jalan itu. Aku mencoba meraihnya dari sini bersama kalian, teman. Aku tak bisa berlari, tapi kalian mengajariku berlari. Aku merunduk kepayahan merasa letih untuk terus berjalan, tapi kuingat kalian berjalan bersamaku, berjalan di jalan yang sama dengan rintangan yang sama, jadi aku tak sendiri dan aku tak akan pernah berhenti berjalan. Tahukah sejauh ini kita sudah mengukir jejak yang sama. Dan jejak itu tak akan pernah hilang seperti semua cerita yang tercipta selama bersama, sebuah kenangan yang terbingkai dalam kolase cita-cita yang setinggi langit yang patut untuk dikenang. Maka kenanglah sahabat, kita untuk selamanya.


0 comments:

Petualangan Mamat, Tomi dan Tika (Episode Kalkulator Penerjemah Flo)


animasi amatir pertama yang saya buat. selamat menikmati :)

0 comments:

Diklat Jurnalistik ala Kemenkominfo REMA UPI

Sabtu, 7/7, Pukul 07.30, Acara Diklat Jurnalistik yang diusung oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi ini dimulai. Acara diawali dengan sambutan dari Presiden REMA UPI, Kang Hamdan dan Ketua Pelaksana acara. Dalam sambutannya, Kang Hamdan menegaskan bahwa pentingnya membawa tradisi menulis literasi yang saat ini mulai dilupakan mahasiswa. Ia juga berujar bahwa UPI sebagai bagian dari instansi pemerintah sepatutnya berkontribusi terhadap bangsa, khususnya masyarakat. "Mahasiswa haruslah menjadi barometer pemerintah", ucapnya saat mengutarakan betapa penting bagi mahasiswa untuk mengeluarkan idealismenya kepada khalayak. Maka dari itu sudah sewajarnyalah mahasiswa mempunyai jiwa jurnalistik yang tinggi dalam menanggapi segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

Jurnalistik sebenarnya mempunyai makna yang sederhana, yaitu seni menulis catatan harian. Kang Yudha P.Sunandar, kontributor rubrik "Gadget" HU Pikiran Rakyat sebagai pemateri pertama dalam acara tersebut menyampaikan beberapa aspek penting dalam jurnalistik, diantaranya adalah fungsi jurnalistik. Jurnalistik berfungsi sebagai the voice the voiceless, ia harus bisa menjadi suara bagi masyarakat kecil. Educate the public, ia mendidik masyarakat agar lebih baik dan hendaknya memberikan pandangan yang positif dalam menyikapi peristiwa-peristiwa yang terjadi. Fungsi jurnalistik yang terakhir adalah serve the public, pers haruslah bisa melayani apa yang diinginkan masyarakat dengan mengesampingkan kepentingan-kepentingan lain di luar kepentingan masyarakat. "Masyarakat kita sekarang ini butuh sebuah inspirative jounalism, jurnalistik yang bisa membuat objek sasarannya termotivasi untuk maju", tutur Kang Yudha dalam akhir presentasinya.

Karya jurnalistik tidak serta-merta datang begitu saja, namun melalui proses yang cukup panjang untuk menghasilkan  sebuah karya yang baik. Adi Marsiela, wartawan Suara Pembaruan, menyampaikan tiga poin penting dalam mengangkat suatu berita yaitu, penting, menarik, dan relevan. Berita yang penting itu tidak dilihat dari seheboh apa kasusnya diperbincangkan, tapi seberapa besar dampaknya bagi khalayak jika kita mengangkatnya ke publik. Faktor menarik di sini bukan semata-mata dilihat dari topik beritanya saja, tapi cara penyampaiannya pun mempengaruhi. "Misalnya berita yang diangkat adalah masalah pemulung di TPA Gedebage, tentukanlah dulu sudut pandang yang mau kita angkat. Apakah itu dari sisi ekonomi, kesehatan atau politik. Dari situ nantinya materi berita yang kita sampaikan akan terfokus dan lebih mudah tersampaikan. Maka dari itu setialah pada angle", ucap Kang Adi Marsiela. Hal terakhir adalah relevan, sebuah berita harus mempunyai kedekatan secara fisik maupun emosional dengan pembacanya. Ketiga hal tersebut tidak bisa terpisahkan, "Sebuah berita menarik tapi gak penting, sia-sia. Sebuah berita menarik dan penting, tapi kalo gak relevan, percuma", ucapnya. 

Masalah redaksi mungkin hal yang paling sering dijumpai dalam dunia jurnalistik. Sebuah formula khusus sebenarnya sudah menjadi patokan yang wajib diketahui oleh seorang jurnalis, yaitu 5W+1H (whatwherewhenwhowhy dan how). Namun tetap saja seorang pemula atau citizen journalist mengalami kesulitan dalam menuangkan materi beritanya ke dalam sebuah narasi. Kang Irfan Habibie Martanegara, redaktur senior salmanitb.com, menawarkan dua tahapan penyusunan berita untuk solusi permasalahan tersebut, yaitu tahap free writing  dan editing. Tahap free writing, di sini seorang jurnalis bisa menuliskan apapun mengenai informasi-informasi yang dia dapat di lapangan secara bebas ke dalam paragraf-paragraf, tidak memperhatikan apakah itu bagian pembuka, isi atau penutup sebuah berita. Barulah pada tahap editing segala aspek penyusunan berita diperhatikan, mulai dari 5W+1H, tata bahasa, kekonsistenan topik sampai pilihan kata.

Jurnalistik tidak sekedar menyampaikan informasi, tapi dilengkapi juga dengan estetika untuk mendukung penyampaiannya. Misalnya dalam sebuah majalah, penyusunan lay-out sangat penting agar memudahkan pembaca dalam menyerap informasi yang disampaikan. "Lay-out design itu mengatur kemana saja arah mata pembaca", ucap Rustan Surianto, dosen dan penulis majalah desain grafis di akhir sesi materi diklat.

Sesuai namanya, diklat jurnalistik ini tidak hanya menyuguhkan materi jurnalistik tapi juga training. Peserta diklat diminta mempraktekan aktivitas jurnalistik secara nyata dengan bekal yang sudah diberikan para pemateri sebelumnya. Sebuah simulasi pun dibuat, panitia menyuguhkan tema pilihan kasus yang beragam untuk diangkat peserta menjadi sebuah berita. Mulai dari korupsi pengadaan Al-Quran yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan, pengesahan RUU PT yang sedang menjadi fokus REMA saat ini, sampai kasus kriminal yang sengaja dibuat intermezo untuk mengasah insting jurnalistik para peserta yang dibagi ke dalam tiga kelas yaitu reporter, redaksi, dan artistik. Acara kemudian dilanjutkan dengan evaluasi karya jurnalistik peserta oleh Kang Irfan Habibie Martanegara.

Di akhir acara, Ketua Kementerian Kominfo REMA UPI menyampaikan informasi mengenai Jaringan Pers Ormawa (JAPERO). UPI sebagai LPTK terbesar yang ada di Indonesia dengan 7 fakultas di dalamnya serta lebih dari 200 HMJ dan UKM ini sangat memerlukan prasarana informasi global untuk mengakses dan mengakomodir seluruh informasi yang ada di universitas. Maka dari itu diklat jurnalistik sebagai bagian dari rangkaian acara rekruitmen JAPERO ini diharapkan bisa menghasilkan jurnalis-jurnalis handal yang bisa berkontribusi untuk universitas maupun masyarakat.

0 comments:

La Luna (Episode 1)


La Luna


            Matahari berada tepat di atas ubun-ubun saat murid-murid kelas XII IPA-3 tengah berada di lapangan basket mengikuti pelajaran olahraga Pak Dedy. Tampak di sudut lapangan salah seorang siswi terduduk kelelahan, keringat mengalir deras dari sela-sela rambutnya yang terikat sempurna seperti ekor kuda dan poninya yang sengaja dijepit ke atas agar tidak menghalangi aktivitasnya. Nafasnya terengah-engah, baru saja ia mencetak poin  ke ring lawan yang membuat tim nya menang mutlak 20-8. Riuh kemenangan pun terdengar dari sepanjang tepi lapangan, tempat para penonton yang sebagian besar adalah murid XII IPA-3 sendiri yang belum kebagian tanding dan beberapa murid kelas lain yang ikut menonton karena guru kelas mereka absen mengajar.
“Keren banget Lun ! two thumbs up buat lo !” ucap seorang siswi berbandana oranye saat menghampiri temannya yang masih ngos-ngosan itu, sedangkan yang dituju hanya tersenyum.

“Tapi, kalo boleh gue usul. Ini kan cuma main basket buat pelajaran olahraga, jadi lo jangan terlalu jor-joran dong mainnya. Kasian tuh Tika cs kewalahan nanganin lo!”, ucapnya lagi sambil menyodorkan botol air mineral. “Nih buat lo !”.

                Luna, cewe yang sedari tadi jadi objek pembicaraan  gadis berbandana oranye itu pun akhirnya bersuara, “Gue udah lama ga main lagi, jadi itu tadi masih kaku banget, Dina”, kilah Luna yang tampak tak tahan dicereweti temannya itu.
“Wah, yang kaya gitu lo bilang kaku. Lo nge-dribble kesana-kemari, udah kaya bocah dikasih permen tau gak, asik sendiri”, ucap Dina, cewe berbandana oranye.
“Udah ah gue gerah banget, ganti baju dulu ya”, ucap Luna melengos meninggalkan Dina.
“Tuh anak, kalo dibilangin emang susah”, Dina menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

                Lonceng berbunyi tiga kali, itu tandanya aktivitas di SMA Kenanga harus berakhir karena waktu telah menunujukan pukul 14.00 tepat, waktunya para putih abu ini pulang ke rumahnya masing-masing. Tapi itu hanya arti harfiah dari lonceng SMA Kenanga yang berbunyi tiga kali, kebanyakan dari penghuninya terkadang masih betah berlama-lama di dalamnya, entah untuk ngobrol-ngobrol santai di sisi taman sekolah yang bersebelahan dengan kantin Mang Ujen yang enak banget jadi tempat nongkrong atau memenuhi lapangan dan aula untuk yang rajin mengisi jam kosongnya setelah pulang sekolah dengan mengikuti ekstrakurikuler. Tapi tak sedikit pula yang langsung menghilang bahkan sebelum bunyi lonceng yang ketiga, sama seperti apa yang dilakukan Luna. Dengan terburu-buru ia menyambar buku-buku pelajarannya di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas Puma hitamnya. Dina, teman sebangkunya yang sebenarnya sudah tak asing lagi dengan ‘aksi kabur’  Luna yang secepat kilat menghilang begitu lonceng tanda pulang terdengar, sedikit curiga karena semenjak pelajaran olahraga tadi Luna mendadak diam membisu, walaupun Luna memang tipe orang yang tak banyak bicara, tapi semenjak pelajaran olahraga tadi ia terlihat memikirkan sesuatu, terlihat jelas saat pelajaran Bu Ratih, guru Kimia, Luna hanya menatap kosong ke luar jendela tanpa memperhatikan penjelasan Bu Ratih tentang Ikatan Kimia.
      “Mau kemana lo buru-buru banget ?”, tanya Dina penasaran.
      “Cabut lah kan udal bel”, ujar Luna.
      “Gue nebeng dong, lo mau pulang kan ?”, Tanya Dina lagi.
      “Ga, gue ada urusan”, jawab Luna sekenanya sambil memakai tasnya.
      “Emang urusan apa ?”, Tanya Dina dengan nada yang semakin penasaran.
      “Mau .. tau .. aja !”, ucap Luna dengan penekanan di tiap suku katanya mengisyaratkan Dina untuk tidak bertanya-tanya lagi.
      “Oke deh, Luna ! ati-ati ya”, ucap Dina juga dengan penekanan di tiap suku katanya dengan sedikit cemberut karena usahanya untuk pulang gratis gagal.
     “Gue duluan ya”, ucap Luna sebelum meninggalkan bangkunya.

***

              Di jalanan sepi tepian kota Bogor, sebuah Jeep merah terbuka melaju kencang. Di dalamnya tampak seorang gadis berkulit bersih kecoklatan dengan rambut terikat membentuk ekor kuda dan poninya yang sudah melebihi pelipis alis berkibar-kibar tertiup angin. Mobil itu kini memasuki area kebun teh. Kanan dan kiri jalan begitu hijau dan indahnya, namun indahnya ciptaan Tuhan itu tak cukup membawa pelangi ke dalam suasana hati Luna, tatapannya tajam lurus ke arah jalan, pikirannya melayang-layang jauh ke masa lalu, saat Jeep merahnya memasuki melintasi jembatan  yang di bawahnya mengalir aliran sungai kecil yang mengingatkannya pada saat ia tinggal di sini, di tempat ini, sudah lama sekali.

      “Luna.. sini ! Adit dapat ikannya nih !”, seru seorang anak laki-laki sambil mengacung-acungkan pancingannya yang menegang karena umpannya dilahap seekor ikan.
     “Mana.. mana ?”, dengan antusias Luna mendekati bocah laki-laki itu sambil menenteng ember kecil berisi air.
     “Liat tuh, ikannya gede banget. Adit hebat kan ?”, ucap bocah laki-laki yang bernama Adit itu dengan riangnya.
     “Wah, iya Adit hebat. Cepet digulung benang pancingnya nanti ikannya kabur!”, seru Luna.
     “Iya nih, berat banget ikannya”, kata Adit sambil mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menaklukan pancingan ikannya.
    “Sini Luna bantuin”, seru Luna seraya membantu Adit memegangi pancingan ikannya. 
     Kedua bocah itu tampak riang gembira, senyum mereka mengembang lebar di bibir masing-masing.

            Jeep merah memasuki jalan kecil di pinggir sebuah lapangan yang kelihatannya sudah lama tak dikunjungi orang. Di tengah lapangan itu ada satu ring basket yang sudah tak berjaring. Sesaat Luna menoleh ke arah lapangan itu, laju Jeep nya sedkit diperlambat. Bayangan-bayangan masa lalunya pun datang lagi.

     “Huhuhuhu.. Adiiit, Luna pengen masukin bola basket. Huhu Adit jahat, masa Luna ga boleh masukin bola basketnya”, rengek Luna kecil sambil menutupi matanya yang berair dengan kedua tangan.
     “Kalo mau masukin bolanya, rebut bolanya dari Adit dong!”, tantang Adit tak peduli dengan rengekan Luna.
     “Adit jahat, Luna kan perempuan, gak bisa main basket !”, seru Luna masih dengan terisak-isak.
     “Siapa bilang perempuan gak bisa main basket. Perempuan juga harus bisa kaya laki-laki. Harus kuat gak boleh cengeng ! kalo cengeng nanti digangguin terus sama orang !”, ucap Adit sambil terus men-dribble bolanya.

          Luna mengalihkan pandangannya kembali ke jalan, matanya mulai berair menahan butir-butir airmata yang dipaksa menetes oleh gravitasi, tapi belum sempat airmata itu membasahi pipinya, mobil Jeep sampai di pekarangan sebuah rumah, raut muka Luna berubah seketika, kesedihan dipaksa pergi dari wajahnya. Jeep itu kini sudah terparkir di garasi rumah satu lantai yang begitu asri dan hijau dengan begitu banyak pot-pot bunga berwarna-warni. Di dalam Jeep, Luna memejamkan matanya sesaat, sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya dan menghela nafas dalam-dalam lalu dihembuskannya kuat-kuat. Dimiringkannya spion mobil di depannya, lalu ia perhatikan pantulan wajahnya di spion itu. Dibenahinya rambut dan wajahnya, lalu diamatinya baju seragamnya, ia lupa tidak mengganti seragam sekolahnya, segera saja ia ambil jaket cokelat tua yang ada di jok belakang mobilnya. Saat ia turun dari Jeepnya, jaket cokelat itu sudah terpasang manis di tubuh mungilnya. Luna melangkahkan kaki menuju pintu masuk rumah mungil itu. Diketuknya pintu tiga kali, sunyi tak ada yang menjawab. Lalu diketuknya sekali lagi sambil berkata, “Nenek Nida.. ini Luna. Nenek di dalam ?”, Tanya Luna berharap ada penghuni rumah yang menjawab.

         Sesaat kemudian wanita paruh baya keluar membukakan pintu.
     “Eh, nak Luna. Ayo masuk, nenek Nida sedang di halaman belakang”, ucap wanita itu dengan senyuman hangatnya.
     “Ah iya, Bu Rini, terimakasih”, ucap Luna.
Luna pun memasuki rumah mungil itu sambil dibimbing Bu Rini ke halaman belakang, walaupun sebenarnya Luna sudah tahu tempatnya.
    “Nak Luna kemana saja, sudah lama tidak main ke sini ? Ibu sampai pangling, Nak Luna sudah besar sekarang”, Tanya wanita paruh baya yang disebut Bu Rini itu saat mengantarkan Luna menuju halaman belakang.
   “Maaf Ibu, saya sibuk mempersiapkan kelulusan, sekarang kan saya kelas 3 SMA”, jawab Luna.
   “Ah iya, Ibu lupa, nak Luna kan sebaya dengan Astrid, dia juga sedang sibuk mempersiapkan kelulusannya di Surabaya”, ucap Bu Rini.
   “Astrid sekarang di Surabaya, Bu?”, tanya Luna sedikit terkejut.
   “Iya, dari dulu dia memang suka diboyong om dan tantenya ke sana-kemari. Saat masuk SMP dulu kan, ia dibawa om nya ke Palembang untuk menemani om dan tantenya di sana, mendadak saat pertengahan kelas 2 SMA, Bukde dan Pakdenya  yang di Surabaya meminta Astrid untuk menemaninya di sana. Ya, biarlah daripada di sini Ibu tidak bisa membiayai sekolahnya”, ucap Bu Rini.
   “Iya Bu, salam saja dari saya buat Astrid nanti kalo dia pulang”, kata Luna sambil tersenyum.
   “Iya, nah itu nenek Nida”, kata Bu Rini saat mereka keluar dari salah satu ruangan di rumah itu yang tersambung dengan halaman belakang.
   “Ibu tinggal masak dulu ya Luna”, kata Bu Rini. “Iya, Bu”, ucap Luna.
Luna pun melangkahkan kakinya menghampiri wanita yang dari usianya bisa dibilang sudah sangat renta namun fisiknya masih lebih sehat dan bugar dari wanita lain yang seumuran dengannya.
  
   “Wah wah, percuma saja bunga-bunga cantik ini disiram dan dirawat, tetap saja ga akan ada yang bisa ngalahin kecantikan nenek Nida yang tiap hari makin cantik dan awet muda”, seru Luna mengagetkan nenek Nida yang tengah asyik menyirami bunga warna-warni di halaman belakang.
Nenek Nida pun menoleh, sesaat ia terkejut dengan apa yang dilihatnya, namun kemudian senyum lebar mengembang di bibirnya, tangannya terbuka lebar hendak memeluk, Luna pun mendekat dan menyambut pelukan hangat nenek Nida.
   “Luna kemana saja, nenek kangen sekali”, ucap nenek Nida.
   “Luna juga kangen sama nenek”, seru Luna masih dengan memeluk nenek Nida. 
   “Sini duduk dulu di sini”,ajak nenek Nida ke bangku taman yang memang disediakan di sana.
Luna pun mengikuti nenek Nida. Mereka melanjutkan bincang-bincang mereka sambil menyantap kue coklat dan teh hangat di bangku taman.
   “Kue coklat buatan nenek Nida emang paling enak deh, jadi pengen makan lagi dan lagi”, seru Luna sambil memakan kue coklat di depannya dengan lahap.
   “Nanti Luna bawa pulang saja kuenya, nenek masih punya banyak ko!”, tawar nenek Nida.
   “Wah Luna beruntung banget hari ini”, seru Luna riang.
Luna pun tambah lahap menikmati kue cokelat dan teh hangat yang sangat pas sekali dengan suasana Bogor yang sejuk, apalagi di sekitar kompleks perkebunan teh seperti rumah mungil nenek Nida ini. Nenek Nida pun tertawa melihat tingkah Luna. Ia menatap Luna dan tersenyum. Diperhatikannya gadis manis di depannya itu, pikirannya pun melayang ke masa lalu, saat gadis manis di depannya ini masih mampu digendongnya, saat gadis manis ini merengek-rengek meminta kue coklat dan saat gadis manis di depannya ini berebut kue coklat terakhir di toples dengan cucu tercintanya.
   “Nenek kenapa ngeliatin Luna terus ?”, Luna menghentikan aktivitasnya menikmati lezatnya kue coklat nenek Nida, saat ia sadar bahwa sang nenek memandanginya.
   “Ah ga ko, nenek cuma lagi inget sama Adit”, ucap nenek Nida.
Luna pun seketika terdiam.
  “Kamu tumben pakai rok, terakhir nenek inget, Luna pakai rok waktu kelas 6 SD ya ?”, Tanya nenek.
  “Ah iya, tadi Luna baru pulang sekolah langsung ke sini lupa ganti baju”, jawab Luna malu.
  “Tapi nenek seneng ko liat Luna pake rok, waktu kecil dulu kan Luna emang seneng pakai rok, lomba manjat pohon sama Adit dulu juga pakai rok, lucu”, kata nenek Nida sambil tertawa kecil mengigat potongan kejadian di masa lalu.
  “Tapi sekarang ko kebalik ya. Tahun lalu waktu nginep di sini, nenek kasih rok ga pernah dipake”,ucap nenek Nida.
Luna kembali terdiam. Dengan memaksakan senyum di bibirnya agar kesedihan tersamarkan dari wajahnya, Luna menjawab, “Tapi Adit kan ga suka kalo Luna pakai rok. Luna capek diejekin Adit mulu, jadi Luna pakai celana aja”, jawab Luna mencari-cari alasan.
   “Haha.. Adit bukannya ga suka, tapi Adit emang pengen godain Luna aja tuh!”, seru nenek Nida.
   “Adit kan sukanya sama Astrid nek !”, ucap Luna seraya mengadu.

                Nenek Nida pun tertawa. Mereka hanyut dalam ingatan-ingatan masa lalu.  Kenangan-kenangan akan Adit begitu melekat diingatan keduanya, seakan memori tentang Adit belum lama terjadi, padahal sudah 6 tahun yang lalu. Menjelang malam, saat matahari mulai terbenam, Luna pamit untuk pulang. Nenek Nida pun harus merelakan gadis manis yang sangat ia sayangi seperti cucunya itu pergi, khawatir Luna pulang kemalaman. Nenek Nida mengantar Luna ke pekarangan tempat Luna memarkir Jeep merahnya. Nenek Nida sudah tak kaget bahwa gadis manis seperti Luna mengendarai mobil sangar seperti Jeep merah ini. Setahun lalu saat nenek Nida bertanya kenapa Luna mengendarai Jeep ini, Luna hanya menjawab, “Luna pengen ngalahin Adit Nek, Luna punya mobil yang lebih keren dari Jeep tentaranya Adit”, Adit memang punya Jeep, warnanya coklat kehijauan, mirip corak tentara Indonesia, tapi cuma mobil-mobilan, bukan mobil beneran. Nenek Nida hanya bisa geleng-geleng kepala saja saat mendengar jawaban Luna.

                 Sebelum Luna pamit pulang, ia berlari ke arah Jeepnya dan mengambil karangan bunga yang cantik dari dalam Jeepnya, hampir saja ia lupa untuk memberikan karangan bunga yang sengaja tadi dibelinya. “Ini buat nenek, hampir  saja Luna lupa”, ucap Luna. Luna pun memeluk Nenek Nida sebagai tanda perpisahan, tapi tiba-tiba saja nenek Nida bertanya, “Luna, waktu kecil kan ada Adit yang suka ngegodain kamu. Kalo sekarang, siapa yang suka godain Luna ?”, Tanya nenek Nida sedikit menggoda. Luna terkejut mendengar pertanyaan nenek NIda, namun spontan ia menjawab. “Apaan sih nenek”, semu merah berpendar di pipinya. Nenek Nida pun tertawa dan memeluk Luna sambil berkata, “Hati-hati di jalan ya, salam buat mamah”. Luna pun pergi dengan Jeep merahnya kembali ke kota Bandung, ke kehidupannya.

                Di tempat sebelumnya, Nenek Nida berjalan perlahan melewati pekarangannya, terus berjalan meninggalkan rumah mungilnya memasuki jalan setapak menuju sebuah kompleks pemakaman pribadi. Tanah pemakaman itu dibatasi tembok-tembok yang ditumbuhi bunga warna-warni yang merambat seolah-olah tak menunjukan bahwa itu sebuah pemakaman. Nenek Nida membuka pagar kompleks pemakaman itu perlahan. Dilihatnya satu per satu pusara yang ada. Ada emapt buah pusara di sana. Tiga diantaranya berukuran besar dan satu sisanya berukuran kecil. Kaki-kaki rentannya langsung berjalan menuju pusara yang paling kecil. Dipandanginya sebentar pusara itu lalu tersenyum, “Nenek bawa kado special buat kamu, kamu pasti suka”. Diletakannya karangan bunga yang baru saja beberapa menit yang lalu diterimanya dari seorang gadis manis yang cantik, diletakannya tepat di pusara yang bertuliskan ‘ADITYA BAGASKARA’.

***
                 Hari masih pagi, kokok ayam masih bisa terdengar, namun sayang lokasi SMA Kenanga ada di tengah kota Bandung, jadi agak sulit untuk bisa mendengar suara ayam yang berkokok. Kicau burung masih bisa terdengar sayup-sayup meriuhkan suasana pagi di SMA Kenanga, tapi jelas suasana pagi ini lebih riuh dari biasanya. Bukan karena tiba-tiba datang segerombolan burung imigrasi yang beristirahat sejenak sambil bertengger dan berkicau riang di pepohonan taman sekolah yang memang rindang, tapi karena riuhnya segerombolan remaja putri putih abu yang disibukkan dengan kabar teraktual di sekolah mereka.

                  Dina, dari langkah pertamanya memasuki gerbang sekolah hari ini sebenarnya sudah bisa mengetahui apa isi berita teraktual yang beredar di sekolahnya. Ia dengar bahwa SMA Kenanga kedatangan siswa baru, dan yang paling mengherankan adalah siswa pindahan itu kelas 3 SMA. Aneh sekali, padahal 2 bulan lagi Ujian Akhir Nasional tiba tapi masih ada saja murid pindahan. Teman-teman di kelasnya sedari tadi asyik menerka-nerka apa penyebab murid baru ini pindah sekolah. Ada yang berpendapat bahwa pasti dia punya masalah dengan sekolah lamanya, mungkin dia sering bolos sekolah sampai akhirnya diskors dan dikeluarkan, atau dia ketauan melakukan pelanggaran yang menyebabkan sekolah lamanya tidak menolerir kesalahannya walaupun ia siswa ujian akhir. Banyak sekali spekulasi beredar yang intinya adalah apapun yang menyebabkan dia pindah sekolah pastilah anak ini anak yang bermasalah.

                    Lonceng berbunyi dua  kali tanda jam masuk sekolah tiba. Murid-murid diharuskan sudah berada di kelas karena pelajaran akan dimulai. Luna sudah duduk manis di mejanya, teman sebangkunya sekaligus sahabat satu-satunya, Dina, pun sudah duduk manis di bangkunya. Semenit kemudian Bu Andari, wali kelas XII IPA-3 memasuki ruangan, lamgkahnya tak biasa karena tepat dibelakangnya seorang siswa laki-laki mengekor langkahnya mengikuti Bu Andari memasuki kelas.
             
                    Anak-anak di kelas yang tadinya tenang kini riuh dengan bisik-bisik yang isinya masih seputar berita teraktual sekolah yang ternyata objek beritanya ada di hadapan mereka sendiri. Kebanyakan murid perempuan langsung mengubah spekulasi mereka begitu melihat bahwa objek berita yang mereka vonis sebagai anak yang bermasalah jauh sekali dengan penampilannya.
       “Dia rapih banget!”, kagum Vivi melihat sosok di depannya yang potongan rambutnya rapih sekali ala David Beckam dan kemeja yang juga rapih masuk ke dalam celana abu-abunya dengan sabuk dan dasi yang ber-badge SMA Kenanga.
       “Kayanya dia pinter ko”, bisik Dewi saat melihat sebuah kacamata bertengger di hidungnya yang mancung sempurna.”WOW, idungnya keren banget! ”, ucap Tari tak sadar dengan intonasi cukup tinggi sehingga kelas bergelak sesaat.
      “Dan kayanya bukan tipe yang suka bolos atau melanggar peraturan sekolah deh !”, ucap Desi mendukung pernyataan Dewi sebelumnya.

                 Luna yang sedari tadi jengah dengan bisik-bisik dan ekspresi berlebihan teman-temannya kemudian melirik Dina. Seolah bisa membaca arti lirikan mata Luna, Dina pun bergumam, “Anak-anak dari tadi heboh katanya ada anak baru pindahan yang, katanya juga, anak bermasalah. Eh tau –tau anak itu nongol di kelas kita, ya gini deh  jadinya”, ucap Dina sambil mengangkat kedua bahunya.
     “Tolong perhatiannya ya anak-anak!”, ucap Bu Andari meredam riuh kasak-kusuk kelas.
     “Kita kedatangan teman baru, dia pindahan dari SMA Penegak, Ibu harap kalian bisa membantunya ya, 2 bulan lagi kan kita akan menghadapi Ujian Nasional”, ucap Bu Andari.
Anak-anak XII IPA-3 hanya bisa melongo mendengar penjelasan Bu ANdari itu. SMA Penegak jelas-jelas lebih bagus dan berprestasi disbanding SMA Kenanga, kenapa anak ini malah turun derajat. Kalo Bu Andari bilang untuk membantunya menghadapi UN, yang terjadi nanti mungkin sebaliknya, kelas XII IPA-3 yang justru butuh bantuan anak ini.
     “Ya sudah, biar dia memperkenalkan dirinya sendiri, silahkan!”, ucap Bu Andari mempersilahkan.
     “Perkenalkan nama saya RADITYA BASKORO”
Seketika itu mata Luna terbelalak. Ia terkejut dengan apa yang didengarnya. Nama itu mengingatkannya padaseseorang di masa lalunya. Ingatannya langsung kembali pada hari kemarin saat ia mengunjungi rumah mungil nenek Nida. Terbang jauh sekali sampai di saat-saat masa kecilnya, saat ia bersendagurau bersama sahabat kecilnya, Aditya.
  

Bersambung . . .

0 comments:

Cipta Lagu

iseng aja coba nyiptain sebuah lagu,
nada dan iramanya menyusul yah, saya belajar gitar dulu
atau mungkin mau denger langsung, boleh.
asal siap-siap bawa korek kuping aja. hehe :p
OKE ! :)
dengan hitungan 3/4
ready to sing ?
Let's go :D

AKU DISINI (KAMU BISA)

saat dunia terasa sepi
saat tak ada lagi yang peduli
jangan ragu
kau tak sendiri ..

semua susah sedih di hati
janganlah terus kau tangisi
esok pasti mentari tlah menanti

dan suatu hari nanti
kita kan tersenyum bersama..aaa

reff :aku bisa kaupun bisa
kita kan raih bersama
satu asa satu cita
mari renggut bersama

ooo marilah kawaa...nn
kita berlomba meraih mimpi
menantang awan tinggiii
tuk raih dengan pasti

jangan takut jangan ragu
genggamlah tanganku kawan
karena kau tak sendiri
aku ada di siniii .. kawan
aku ada di sini

*untuk semua orang yg mengejar mimpi. tetapkan hati, bulatkan tekad, mari kita gapai bersama :))
dan jangan pantang menyerah !! \m/

0 comments:

Teringat Diri


Aku ...
Seorang yang bukan siapa-siapa
Aku ...
Seorang yang belum bisa apa-apa

          Kecil, rapuh, dan goyah
          Namun kurasa besar, kuat dan tangguh
          Banggakan diri pada Sang Maha Pencipta
          Tak tahu malu, sungguh celaka

Aku ...
Seorang yang tak punya apa-apa
Aku ...
Bagai hamba yang tak punya rasa

          Selalu merajuk untuk diberi tanpa niat berusaha
          Selalu mengeluh saat karuniaNya kuingkari sendiri
          Berlagak pergi saat tegurNya merangkul hati
          Celaka sungguh, tertunduk malu, berkaca diri

0 comments:

Versus


          Suatu hari yang terik di pojok kampus Universitas Menantang Langit, dua orang mahasiswi terduduk manis di bangku taman kampus yang begitu asri dipenuhi pepohonan yang rindang. Sambil menikmati segarnya orange juice racikan kios "Seger Bener", salah satu kios di kantin kampus, mereka pun asyik dalam obrolan santai.
    "Sial banget, ke kampus jauh-jauh dosennya malah gak masuk", keluh Asti pada Melati, sahabatnya.
    "Iya nih, mana kelas siang, panas banget", tambah Melati.
    "Gue udah bosen nih nongkrong di taman, cabut yuk !", ajak Asti pada sahabatnya itu.

Kedua mahasiswi itu pun pergi meninggalkan taman yang kini mulai riuh dipenuhi penghuni kampus yang lain. Setengah jam kemudian keduanya sudah sampai di sebuah mall besar di kota Bandung.
   "Ngapain kita ke sini ?", tanya Melati yang sebenarnya lebih memilih taman yang rindang ketimbang mall yang padat pengunjung seperti ini.
    "Anterin gue cari DVD buat acara malam minggu nanti yuk", pinta Asti.
    "Oh, oke!", seru Melati mengiyakan.

         Keduanya pun memasuki sebuah toko musik yang super komplit. Di sana Asti dan Melati menghabiskan waktunya memborong DVD-DVD film untuk mereka tonton di malam minggu nanti. Sebenarnya ini sudah menjadi kebiasaan mereka untuk menghabiskan waktu melewati malam minggu bersama sambil menonton DVD sampai tengah malam. Melati bilang ini efek dari kejombloan mereka yang tak terpecahkan. Asti bilang, ini adalah bukti seorang pencinta film sejati. Tapi kelihatannya argumentasi Melati lebih meyakinkan.

            Melati sedang asyik mendengarkan lagu Lazzy Time-nya Bruno Mars saat tiba-tiba saja ia dikagetkan oleh bunyi barang yang terjatuh. Refleks ia melepas headphonenya lalu menengok ke arah sumber keributan. Dilihatnya disana sahabatnya sedang mengomel-omel tak jelas, ia pun buru-buru menghampiri.
    "Gimana sih Lo, kan gue duluan yang ambil DVD nya !", seru Asti dengan kesalnya.
   "Sorry ya, tapi ni DVD udah ada di tangan gue duluan", seru seorang pria yang tadi berebut DVD dengan Asti sampai-sampai DVD itu terlepas dan jatuh ke lantai, covernya retak.
   "Ti, ada apa sih ?", tanya Melati mencari tahu apa yang terjadi.
   "Nih cowok ngerebut DVD inceran gue", jelas Asti sambil menatap sinis cowok jangkung berambut keriting dan sedikit gondrong yang kalo dilihat-lihat ternyata mirip Marcel Chandrawainata.
   "Sorry ya, gue gak ngerebut. DVD itu udah ada di tangan gue duluan", protes si cowok jangkung.
   "Eh, udah-udah. Kalian gak malu apa berantem kayak anak kecil cuma gara-gara DVD doang. Malu tuh diliat orang-orang!", ucap Melati mencoba meleraikan.
    "Tapi lo tau kan Mel itu DVD film Will Smith yang terbaru dan tinggal satu-satunya", ucap Asti keukeuh.
    "Iya dan DVD yang tinggal satu-satunya itu sekarang udah rusak", jelas Melati sambil menunjuk keping DVD yang telah terlepas dari covernya dan sedikit baret di sisi-sisinya akibat terpelanting ke lantai di saat kedua makhluk yang entah datang darimana ini memperebutkannya seperti anak kecil. Asti baru menyadari acara rebut-rebutannya tadi malah membuat objek keributan yang begitu ia perjuangkan itu rusak, begitu pula dengan si cowok Jangkung. Keduanya pun kembali beradu mulut, namun sekarang mereka saling menyalahkan satu sama lain karena detik kemudian pramuniaga toko datang menghampiri untuk meminta pertanggungjawaban atas segala keributan dan kerusakan yang terjadi.

          Entah apa yang dibisikkan Asti pada pramuniaga toko hingga akhirnya ia bisa kabur dan pergi meninggalkan si cowok jangkung yang mau gak mau harus mempertanggungjawabkan kerusakan yang telah terjadi.
      "Lo tuh cewek tapi kelakuan sangar abis tau gak. Bisa-bisanya lo ribut sama cowok yang belom lo kenal sampai diliatin banyak orang", ucap Melati.
      "Lagian tuh cowok masa' gak mau ngalah demi cewek sih", ucap Asti mengomentari pernyataan Melati.
      "Ceweknya model kayak lo ngapain mesti ngalah",  ucap Melati.
      "Sialan lo !"
Kedua gadis itupun berlalu meninggalkan mall, kembali ke rumahnya masing-masing.

           Malam minggu pun tiba, seperti biasa Melati sudah berada di rumah Asti sedari siang. Jadwal mereka malam ini adalah menghibur diri dengan menonton DVD. Di kamar Asti yang tak terlalu besar sudah bertumpuk DVD-DVD pilihan yang akan mereka tonton nanti. Kebetulan orang tua Asti sedang pergi keluar kota, jadi di rumah hanya ada mereka dan Doni, adik Asti, dia masih kelas 2 SMA.
         
             Sore sebelum ritual malam minggu dimulai, keduanya pergi bersepeda berkeliling kompleks sekedar menikmati matahari senja dan sedikit mejeng di pinggir taman. Sebenarnya Asti paling malas kalo harus berolahraga, walaupun hanya bersepeda santai tapi ia memang anti untuk hal-hal yang mengeluarkan keringat dan membakar lemak. Lihat saja dirinya sekarang, untuk ukuran gadis seusianya dia memang agak sedikit kegemukan, "Yang penting kan sehat", kilahnya saat Melati berkali-kali menyuruhnya untuk lebih memperhatikan berat badannya.
      "Mel, udah yuk udah sejam kita muterin taman ampe lumutan", protes Asti yang mulai kelelahan menggoes sepeda.
       "Bentar Ti, siapa tau ada cowok cakep sekitar sini yang lagi sepedahan juga. Kan lumayan", ucap Melati.
Dari kejauhan terlihat seorang pria dengan training hitam dan jaket cokelat tengah berjogging sambil mendengarkan musik dengan headphone di kepalanya. Sebenarnya Melati sudah memperhatikannya sedari tadi saat mereka bertemu pria itu setengah jam yang lalu di tepi danau sisi taman kompleks. Ia merasa mengenali pria itu, tapi tadi ia masih ragu, namun sekarang saat pria itu lewat lagi di depannya ia baru yakin kalo pria itu adalah Andi, teman SMPnya.

          Dari kejauhan dilihatnya Andi berjalan ke arahnya, pria ini juga terlihat sedang memastikan bahwa Melati adalah orang yang dikenalnya. Saat jarak antara mereka kurang dari satu meter lagi, Andi pun bertanya, "Maaf, Melati ya ?", tanyanya pada Melati yang dengan antusias langsung mengiyakan.
      "Oh, hei, inget gue ga, gue Andi. Kita pernah satu SMP dulu,"

          
             

0 comments:

My 20th


Usiaku kini bertambah
Semakin dewasa, kuharap
Seperti yang kalian inginkan
Inginku bisa mandiri
Tak mau lagi mengurai kerut di wajah kalian
Inginku berbakti
Memberi senyum di wajah kalian
Berjuta doa dan kasih sayang
Takkan bisa kubalas
Walau seribu tahun waktuku
Namun aku sungguh
Bila ada umurku
Kan kujaga kalian selalu
Semampu yang kubisa
Wahai dua yang kucinta
Terimakasih

0 comments:

Copyright © 2013 Free your mind ! and Blogger Templates - Anime OST.